Seperti dua tahun yang lalu, langit di sana terlihat jernih dibumbui
teriknya panas meski sudah sore hari. Kemarin (6/7) saya menjadi saksi
hidup dan sekaligus juga peserta pada Pilpres
(Pemilihan Presiden) 2014 Indonesia di TPSLN Hong Kong - Makau. Berada
di Negeri Kanton selama, insyaAllah, sebulan ke depan dalam rangka
amanah tugas sekaligus juga dalam rangka dakwah berbungkus sebuah
perjalanan 'rihlah'.
Saya baru tiba di lokasi pencoblosan
sekira pukul 16.00 waktu setempat. Sambil memegang selembar surat A5 -
yang saya saya dapat dari PPS tempat saya tinggal sebelum lepas landas -
sebagai modal saya mencoblos di sini, saya sudah dapat melihat antrean
panjang ditambah lalu lalang orang yang menambah padat penglihatan.
Ya, Victoria Park (Causeway Bay, Hong Kong) dipilih menjadi lokasi
pilpres untuk negara bagian Hong Kong dan Makau ini. Ini kali pertama
saya memilih untuk RI 1 & RI 2 Indonesia di negeri orang. Saya dapat
menyaksikan animo yang begitu besar dari rakyat Indonesia yang berada
di sini untuk memilih. Besar bingits! Maaf, agak alay. Alhamdulillaah
ini menunjukkan bahwa, meski terpisah letak geografis, tetapi hati &
harapan tetaplah pada tanah air tumpah darah, Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Saya menghampiri salah seorang panitia yang sedang
berjaga di pagar batas- yang mengenakan kaos abu-abu bertuliskan
identitas panitia agar mudah dikenali disertai kalung nama. Sementara,
panitia yang berkoar-koar dengan loadspeaker mencoba menertibkan, "Harap
antre agar tertib karena akan ditutup sebentar lagi, jam 5 nanti,"
begitu kira-kira yang terdengar.
Saya menunjukkan kertas A5
saya dan menurut panitia saya harus turut antre bersama para peserta
pilpres lainnya yang menggunakan Hong Kong ID (HKID), bukan dengan surat
undangan langsung dari KJRI. Surat undangan? Ya, pemilih setidaknya
diklasifikasikan menjadi 3 macam. Pemilih dengan surat undangan, HKID,
dan A5 untuk turis/pelancong yang baru datang.
Antrean khusus
untuk pemegang A5 & yang memakai HKID (disatukan) ini yang paling
panjang, karena akan didata ulang dulu oleh panitia. Sementara yang
memiliki surat undangan langsung diarahkan menuju antrean di TPS-nya.
Setidaknya ada 13 TPS yang saya lihat dinlokasi dengan masing-masing TPS
terdapat 6 bilik suara.
Tika itu, waktu menunjukkan hampir jam
16.30, tetapi antrean masih panjang saat saya mendekat ke tenda
pendataan ulang. Masih terlihat cukup tertib. Hanya saja ternyata meski
sudah diumumkan berulang kali, tetap saja masih ada pemilih dengan
undangan ikut pada antrean A5 & HKID. Ini tentu menjadikan antrean
makin padat. Catatan: surat undangan diberikan kepada WNI yang hendak
memilih yang telah menjadi daftar pemilih pasti di KJRI
sebelum-sebelumnya, pada surat undangan itu terdapat nomor TPS tempat
mencoblos sehingga tanpa repot berpanas-panasan antre bisa dengan lancar
& tertib masuk ke bilik suara. Sementara itu, HKID selayaknya KTP
di Indonesia yang digunakan untuk pemilih yang tidak terdaftar di DPT
(Daftar Pemilih Tetap) maka bisa memakainya pada beberapa jam sebelum
TPS ditutup, tetapi waktu tepatnya saya belum mendapat kabar.
Terkait kasus khusus pemberitaan di kompas.com bahwa pilpres di Hong
Kong berlangsung ricuh, saya kurang begitu tahu persis karena
pascakeluar dari bilik suara - dan membirukan ujung kelingking saya
dengan tinta - saya langsung meninggalkan lokasi. Sekira pukul 16.40
kala itu, memang syukurnya saya antre tak sampai satu jam. Waktu
terakhir itu masih terlihat cukup tertib. Memang yang sedikit mengganggu
adalah para pemilih yang tak mau antre alias 'nyele' (memotong)
sehingga tak jarang terdengar celetukan dari pemilih yang lainnya
memprotes. Adalagi yang bahkan memutuskan 'menyerah' untuk merelakan
suaranya melayang begitu saja. Ini tentu menjadi bahan evaluasi untuk
KJRI dan PPSLN ke depannya bahwa memang ledakan animo pemilih harus
diantisipasi dengan penambahan armada panitia sehingga pilpres bisa
berjalan lancar, semua suara rakyat terpenuhi tanpa terganggu masalah
batas waktu izin peminjaman tempat. Memang, secara pribadi saya melihat
bahwa panitia kemarin itu cukup kewalahan, namun tetap saya yakini
semuanya berusaha dimaksimalkan. Dan lagi saya berhusnudzon (prasangka
baik) bahwa panitia akan menjalankan amanah dengan baik dan sesuai
aturan - apalagi setelah sebelumnya disumpah. Mengapa begitu? Saya yakin
baik panitia maupun peserta tak ingin menodai momentum suci ini dengan
kecurangan-kecurangan yang tak berkeuntungan untuk semua. Ya, pilpres
kini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1435 H.
Kembali
kepada pemberitaan di laman kompas.com. Pada laman itu, gambar penjelas
diambil dari salah satu akun media sosial timses calon, ini tentu
terkesan kurang netral. Karena meski kampanye telah usai, tetapi tetap
saja yang namanya lawan akan tetap mencari kesalahan rivalnya. Jadi,
agar tidak memperkeruh suasana, alangkah baiknya jika gambar diambil
langsung dari jurnalis profesional di tempat. Sementara itu, di lokasi
langsungnya memang masih tercium aroma saling mengunggulkan pasangan
masing-masing, tanpa atribut dan simbol partai, ini memang terkesan
kampanye, namun saya menyaksikannya tertib saat itu. Bahkan tepat tiga
orang yang mengantre di depan saya berfoto dengan akrab sembari
mengacungkan tangan menyimbolkan angka nomor urut pasangan
capres-cawapres favorit masing-masing, "Ga apa-apa, ayo foto. Pilihan
boleh beda, tapi kita harus tetep akur toh," begitulah celetukan seorang
perempuan dari Tanah Jawa tersebut pada rekannya. Saya tersenyum,
indahknya persatuan.
Kembali saya sebagai pemilih di lokasi
yang diberitakan, coba menanggapi konten isu dari laman kompas.com
tersebut. Pada laman dikabarkan bahwa ada oknum panitia, yang pada saat
menjelang ditutupnya TPS, membolehkan masuk pemilih asalkan memilih
pasangan nomor urut satu. Saya kira ini masih simpang siur kabarnya
bahkab masih harus dikonfirmasi ulang pada PPSLN, KJRI, juga Bawaslu
agar tersiarkan kabar dari dua arah. Sama simpang siurnya dengan kabar
bahwa ada oknum panitia penyerah surat suara di TPS yang mengarahkan
untuk memilih pasangan nomor urut dua. Semua pemberitaan harus
dikonfirmasi agar jelas, berimbang, dan mencerdaskan. Mengapa? Karena
pemberitaan ini bisa mempengaruhi situasi politik di masa tenang
kampanye juga opini publik para pemilih di tanah air yang baru akan
memilih Rabu nanti, 9 Juli 2014.
| Laporan Langsung dari Hong Kong, Kiki Rudiansyah (Mahasiswa Bandung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write your green words, please :D