visitors

Selasa, 07 Januari 2014

Belajar dari 'Bocah Kersen'

Foto: KIDO’S PICTURES

Baru saja aku turun dari angkot (angkutan kota) menuju ke tempat mengajarku di sebuah bimbel-an di Jalan Diponegoro, aku langsung bergegas menuju salah satu masjid besar terdekat. Kumandang adzan Ashar sudah selesai sejak kuturun dari angkot tadi. Sambil berjalan, suara imam terdengar jelas dari speaker masjid memimpin sholat berjamaah.

Terperongohnya aku saat melihat di depan mata, tepatnya di sebelah kanan trotoar paving blok, seorang anak laki-laki sekira di bawah enam tahun sedang memanjat pohon kersen sedangkan di bawah pohon dua bocah perempuan lainnya (sekira berumur di bawah lima tahun) sedang menunjuk-nunjuk ke arah atas (rindang dedaunan pohon).

"Wah, tak ada orang tua di sekitarnya!" dalam hati. Kumendekatinya, "Hati-hati, Dek jangan terlalu tinggi naiknya." "Ini, Om mau ambil kersen buat dia," sahutnya sambil menunjuk kedua bocah perempuan yang berharap di bawah pohon. Tidak terlalu tinggi memang pohon itu untuk ukuranku, tapi untuk mereka? Berbahaya sekali. Kuambilkan saja sebuah kersen berwarna merah yang terlihat di antara dedaunan itu. "Makasih, Om." Kupikir pohon kersen itu sedang tak berbuah lebat, tetapi, "Om, itu ada lagi satu," kata seorang bocah yang sedang memegang sebutir kersen yang tadi kuambilkan.

"Ini, Dek. Udah ya, udah habis tuh," kataku. Diambilnya kersen dari tanganku, "Ini buat temenku, Om," kata perempuan lucu nan mungil itu sambil memberikannya kepada satu bocah perempuan lainnya sambil tersenyum. "Nah, kamu turun ya, takut jatuh" kataku kepada bocah lelaki berkaos kuning yang masih bertengger di pohon itu. "Iya, Om, tapi ini kasihin ke dia ya," katanya sambil memberikan sebutir kersen padaku untuk diberikan pada bocah perempuan di bawah. Ternyata, panjatannya membuahkan hasil juga. "Makasih, Om," seru mereka sambil melambaikan tangan dan tersenyum seraya kupergi untuk sholat yang akhirnya aku menjadi kloter kedua berjamaah.

Yang kupikirkan sambil berjalan menuju masjid,
-Seorang bocah saja, tanpa berteori panjang lebar, berani berkorban untuk menyenangkan temannya yang lain bahkan - ia paham tanpa dimintai tolong terlebih dahulu - dengan segala potensi bahaya di depannya
-Seorang bocah saja, terlepas dari kepolosannya, sangat peduli terhadap indahnya berbagi dengan temannya, tak mau senang sendiri, tak mau kenyang sendiri.

Hari ini, kubelajar dari mereka, bocah-bocah saling berpeduli dan pemberani. Bagaimana dengan kita yang sudah lagi bukan bocah, yang katanya sudah tahu mana yang baik mana yang sebaliknya?

-Kido :)