Namun, perlu dimaknai pula bahwa TIDAK GOLPUT juga bukan berarti asal memilih 'kucing dalam karung'. Bisa-bisa, maaf, 'kucing garong' yang dipilih. Horor!
So, pengampanyean jor-jor-an NO GOLPUT ini harus pula dibubuhkan unsur pencerdasan dalam MEMILIH. Memilih memang menjadi hak mutlak masing-masing individu, tapi jika didasarkan pada hati sebagai bentuk kesadaran pasca-'ngepoin'-in (apa yang akan dilakukan) para calon wakil rakyatnya, tentu ini lebih baik.
Harus 'tebang pilih', tetapi tetap 'tanpa pandang bulu' dicari mana yang lebih baik. Jangan berdasarkan insting semata, bisa-bisa 'ngasal' tuhh pilihnya. Kita harus berhati-hati karena jika PILIHAN kita ASAL-ASALAN, maka bisa jadi selama lima tahun ke depan negara ini juga akan menjadi NEGARA ASAL-ASALAN.
Naudzubillaah, jangan sampai terjadi.