visitors

Rabu, 07 Oktober 2015

Seseorang yang Datang Terlambat dan Baru Muncul Lagi

Kamu pernah datang terlambat pada suatu acara tertentu padahal teman-teman sudah datang lebih awal?
Kamu pernah muncul lagi setelah sekian lama tak nimbrung pada suatu perkumpulan, komunitas, atau organisasi padahal teman-teman telah melalui masa 'riweuh' bersama-sama?


Based on true experience...
Ada dua macam orang datang terlambat pada suatu acara, rapat, dll. Satu, jenis orang yang dengan sengaja datang terlambat karena sudah direncanakan atau dibiasakan. Dua, jenis orang yang tak mau terlambat, tetapi hal penting menyangkutnya pada waktu yang bersamaan mengharuskan dia datang terlambat sehingga telat menjadi pilihan daripada tidak sama sekali.
Sama halnya dengan kasus datang terlambat, munculnya seseorang yang sudah sekian lama 'menghilang' juga ada dua macam. Satu, jenis orang yang baru muncul lagi setelah menghilang tidak jelas karena memang sudah direncanakan atau disengaja. Tipe kedua adalah orang yang menghilang dan baru muncul lagi setelah mengerjakan suatu hal baik berhubungan dengan kepentingan akademik, keluarga, atau pekerjaannya, tetapi sebelumnya telah melakukan pemberitahuan atas ke-menghilang-annya itu.

Dari keempat tipe orang dengan dua kasus di atas terdapat dua mental yang secara umum ditampakkan yaitu pertama mental orangnya yang 'dingin' & 'lurus-lurus' saja ketika datang terlambat atau baru muncul lagi serta yang kedua mental orangnya yang 'minder' sehingga agak sulit untuk berbaur lagi. Mental yang kedua ini cenderung mental kebanyakan sepanjang pengalaman. "Ah, malu datang juga soalnya sudah terlalu telat," atau "Gak mau, ah agak gimana gitu sama yang lain udah lama gak ikut ngumpul," begitu katanya.

Melihat kasus mental di atas, memang diperlukan kepekaan kita yang telah datang terlebih dahulu dan bertahan pada suatu perkumpulan untuk berjiwa besar menyambutnya minimal dengan 3S: senyum, salam, sapa. Apalagi memang sejak awal orangnya sudah memberitahu. Terkadang perlu penyesuaian ulang karena berbedanya waktu pencairan suasana antara yang sudah terbentuk dengan yang baru saja bergabung (lagi). Inilah yang bisa jadi menyebabkan mereka yang datang terlambat atau baru muncul lagi memilih terdiam atau bahkan mencari aktivitas lainnya dibandingkan 'dikacangin' teman-temannya.

Mungkin sebagian besar menganggap "Itu kan sebagai konsekuensi/sangsi atas keterlambatan atau ke-menghilang-annya". Padahal, baik yang jelas ataupun tidak, akan jauh lebih 'asyik' jika kita merangkulnya kembali. Bukankah itu lebih menyenangkan, mengakrabkan, dan mencairkan suasana? Ketimbang memasang muka datar atau tak ber-3S. Soal konsekuensi dan sangsi adalah urusan dirinya sendiri dan untuk dirinya sendiri. Kedatangan dan kemunculannya kembali adalah sebentuk niatan untuk senantiasa menyambung silaturahmi.

Namun, perlu dicatat bahwa tulisan ini bukan sebentuk pembolehan secara 'buta' atas kasus datang terlambat dan menghilangnya seseorang pada suatu organisasi, melainkan lebih kepada pengingatan bahwa jiwa besar untuk kembali merangkul orang seperti tersebut sebelumnya adalah jauh lebih enak di hati dan hubungan terlebih sebelumnya sudah ada pemberitahuan.
Tulisan ini berdasarkan pengalaman dan curhatan beberapa teman. Bagi kengkawan yang bergerak di bidang psikologi pasti lebih paham soal mental dan cara penyikapan yang benar.

Terima kasih bagi yang berkenan. Mohon maaf atas segala kekhilafan dan pendapat yang kurang pantas untuk diutarakan. Semoga ada pembelajaran dan perbaikan bagi diri dan kelangsungan hubungan di masa kini dan ke depan.

| Catatan Pengalaman dan Pandangan, Kido.