http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/03/03/39815/manfaatkan-masa-reses-jalaluddin-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah.html#.VQaNYY4Tza0
Tak hanya itu, kesaksian ayah saya menyebutkan bahwa tim Jalal siap membagi-bagikan sejumlah uang tunai yang cukup menggiurkan bagi warga yang memang sedang membutuhkan, asalkan mereka harus membentuk kelompok minimal sepuluh (10) orang per kelompoknya. Entah untuk diapakan kelompok ini, tetapi ini tentu modus operandi yang mengerikan dalam rangka membeli akidah dan sangat berbahaya bagi kalangan awam yang memang kurang pengetahuan dan cerderung ikut-ikutan. Siapa sih yang tak mau jika sudah diiming-imingi uang? Beruntung, kata ayah saya melanjutkan, meski beliau bukan ahli dalam hal ilmu agama, tetapi beliau menyadari bahwa kampung ini sedang digoyah akidahnya. Tak boleh ada penggadaian akidah untuk sebuah kemakmuran, begitu tegasnya.
http://www.kompasislam.com/masa-reses-jalaluddin-rakhmat-bagi-bagi-buku-syiah-ke-kampung-kampung/#sthash.DEkYIpxT.dpbs
Isu tersebut, sampai hari ini, ramai sekali menjadi perbincangan di RW 01 kampung saya, khususnya di RT 06 yang memang menjadi letak posisi Masjid Syiah tersebut. Sebagai informasi tambahan, Al-Mukaromah adalah sebuah Yayasan yang mengaku Islam yang terletak tepat diperbatasan Kampung Pasirhonje dan Sekegawir, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Didirikan layaknya pesantren yang ada masjid dan pondoknya juga, yayasan ini juga mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), begitu yang saya ketahui. Tak hanya itu, biasanya melalui surat undangan, pengurus menyebarkan pemberitahuan bahwa ada juga pengajian dengan menghadirkan pemateri. Lagi-lagi orang terdekat saya saksinya. Ibu saya (J), mengaku pernah menghadiri pengajian yang aneh materi penyampaiannya, tidak seperti Islam pada umumnya. Tentang ritual ibadahnya, pedoman suri tauladannya, dll.
Foto: hidayatullah.com
Secara umum dan sejak lama, memang warga Pasirhonje, termasuk saya pribadi, telah mencium kejanggalan aktivitas dan ajaran di Masjid Al-Mukaromah tersebut. Hanya dulu belum terlalu 'agresif' seperti sekarang. Pun beberapa saudara dan teman saya yang adiknya sekolah di sana merasa begitu. Kondisi terkini memang aktivitas pesantren & SMP-nya sepi karena warga Pasirhonje dan kampung sebelahnya memilih menyekolahkan anaknya di tempat lain daripada termasuk dalam ke-simpang-siur-an ajaran yayasan tersebut. Jikapun ada, pengurus mendatangkan santri/murid dari luar daerah Pasirhonje semisal Kota Bandung, dll. Tentang upaya penyesatan yang hendak menyebar, beberapa tokoh masyarakat dan aparat pemerintah setempat sudah berusaha merundingkan kepada pengurus yayasan tersebut agar menghentikannya. Beberapa warga yang sudah hampir bersepakat menerima tawaran pun segera diselamatkan dan diberi pencerdasan.
http://www.antiliberalnews.com/2015/03/04/manfaatkan-masa-reses-jalal-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah/
Kini, kelanjutan penanganannya masih diurusi tokoh masyarakat setempat, pun saya sebagai warga setempat merasa harus ikut terlibat dalam menyelamatkan akidah masyarakat ini. Ini adalah bagian dari dakwah. Namun, tetap kita ingin menyelesaikan persoalan ini dengan baik-baik tanpa benturan. "Silakan jalani sendiri ajaran yang Anda yakini, jangan turut memaksa yang lainnya!" Menyoal legalitas dan posisinya di Kampung Pasirhonje sedang diproses oleh pemerintahan setempat, dalam hal ini oleh Ketua RW 01 Pasirhonje (BM). Melihat dampak warga yang hampir terjerumus ini (ada yang hendak memutuskan silaturahim dengan saudaranya, ada yang hendak memutuskan ikatan pernikahan, dll.), warga Pasirhonje dengan tegas menyatakan,
"Indit 'SYIAH' ti Kampung Kuring!"
*Syiah, juga dalam Bahasa Sunda memiliki arti: sebuah kata yang merupakan ekspresi pengusiran atas apa yang tidak disenangi hanya dibaca biasa saja tidak sama dengan pengucapan SYI'AH yang menggunakan huruf hijaiyyah 'ain' pada huruf 'a'-nya
| Catatan Ladang Dakwah Dunia Nyata, Kido.