Enam tahun silam – lebih kurang –, celana formal berwarna biru tua dilengkapi kemeja putih dan segala atributnya menjadi kostum wajibku tiap harinya. SMP Terbuka yang berinduk di SMPN 27 Bandung adalah salah satu bagian hidupku yang meluruh secara spasial di dalam masa yang takkan terlupa – belajar puitis. Khususnya kala aku duduk di bangku kelas II SMP – sekarang disebut kelas VIII. Saat itu, Ibu Diah, guru bahasa Inggris, menyebutkan bahwa aku adalah salah seorang yang termasuk mendapat beasiswa pembinaan di Salman. Beliau memang salah satu guru di SMP-ku yang aktif di Salman sehingga segala informasi yang beliau dapat, dengan segera disampaikan kapada kami. Termasuk ada beasiswa pembinaan ini.
Waktu itu aku belum mengetahui, apa itu Salman? Sampai akhirnya guruku bercerita sedikit tentang Salman. Setelah itu, aku menarik kesimpulan bahwa Salman itu adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Salah satu tempat kuliah terbaik dan terkenal, kata orang-orang, sedangkan aku baru saja tahu. Tak banyak pikir tentang ITB itu, yang penting aku sudah mendapat beasiswa pembinaan Salman. Pembinaan Salman yang dimaksud ternyata bernama KARISMA. Lebih khusus lagi, aku masuk dalam kategori MENTARI, tetapi bukan merk salah satu operator selular yang menjadi sponsor program pembinaan ini, dll, melainkan akronim dari Menuju Identitas Rasul Ilahi.
Pembinaan dilakukan setiap hari minggu. Sekitar tujuh orang siswa teman sekelasku, termasuk aku, selalu berkumpul terlebih dulu di rumah bu Diah – guru yang sekaligus istri kepala sekolah SMPT 27 TKB Bojong Koneng – pada hari minggu untuk berangkat bersama. Berangkat dengan diantar sebuah mobil khusus yang disediakan. Begitupula pulangnya. Hari pertama menginjakkan kaki di Salman terasa biasa saja. Mulai sesi pembinaan, dimulai pula perasaan agak gugup. Banyak orang juga ternyata yang menjadi peserta. Dengan agak gugup karena bertatap muka dengan orang-orang baru yang sama sekali tidak mengenal, aku dan teman-temanku mengikuti alur acara dengan excited. Awal pertemuan adalah momen untuk ber-ta’aruf (saling berkenalan). Tak kenal maka ta’aruf. Setelah itu, aku menjadi tahu kalau semua peserta pembinaan kategori mentari, Kharisma Salman, berasal dari beberapa SMP berbeda di Bandung. Satu pelajaran menarik, aku menjadi kenal dan mempunyai teman-teman baru dari berbagai SMP di Bandung, termasuk kenal dengan kakak pembinanya.
Setiap minggunya mempunyai warna tersendiri dalam setiap pertemuan pembinaan. Adakalanya diskusi, temu tokoh, outbond, talkshow, lomba-lomba, juga seminar. Namun, satu yang tiap minggu selalu ada yaitu mentoring dengan mentor masing-masing kelompok dalam se-SMP. Satu hal yang membuat saya tertarik, ketika ditawarkan pilihan-pilihan, layaknya ekskul di sekolah, kegemaran yang menjadi salah satu program pembinaan khusus. Karena kala itu aku sangat tertarik dengan dunia yang berbau seni, aku memilih teater dan menggambar. Banyak pelajaran yang didapat ketika itu. Bagaimana seni mengajarkan aktualisasi diri, manajemen otak, pola pikir, hubungan dengan lingkungan, dan yang paling penting bahwa seni dapat menambah keyakinan spiritual. Bukan hanya dari segi mengasah potensi diri, pada pembinaan ini, tetapi juga teknik berkomunikasi, berteman, berdiskusi, berorganisasi, spiritual, dan juga emosional.
Selama satu semester penuh aku mengikuti pembinaan yang diakhiri dengan pembinaan di luar, outbond, serta pembagian semacam lembar penilaian yang berupa sertifikat. Saat itu aku merasa senang karena mendapat banyak pengalaman dan sedih karena akan sangat jarang bertemu dengan teman-teman baru atau dengan kata lain berpisah kerna ketuntasan program pembinaan. Akan tetapi, beberapa hari setelah penutupan semester 25.1 pembinaan KARISMA Salman, diumumkan lagi bahwa aku dan teman-temanku kembali mendapat beasiswa pembinaan semester 25.2.
Kembali, setiap minggu aku mengikuti pembinaan – yang ternyata banyak bermunculan muka-muka baru meskipun teman-teman yang sebelumnya kukenal juga masih ada yang mengikuti lagi. Kemudian, aku baru mengetahui juga kalau mereka yang mengikuti pembinaan itu bukan yang mendapat beasiswa seperti aku dan teman-temanku, melainkan harus membayar. Aku bersyukur karena dapat mengikuti pembinaan dengan modal curiousity dan sungguh-sungguh. Program pembinaan yang variatif dan makin spesifik menambah menarik bagiku dalam setiap pertemuannya. Sampai akhirnya tak terasa, pembinaan semester 25.2 selesai. Waktu itu, aku tak mengikuti sesi penutupan dan pembagian sertifikat pembinaan waktu itu. Akan tetapi, dua semester mengenyam pembinaan di Salman berbuah pola pikir yang makin kritis terhadap kondisi lingkungan sekitar saat ini. Tepatnya, kondisi remaja dan pola pikir serta aktivitasnya yang seyogyanya harus dituntun dengan pembinaan intelektual, spiritual, dan emosional bahkan ada baiknya dipadu-padankan dengan pembangkitan kecerdasan spasial dan kreativitas. Satu hal yang tak kalah penting adalah nilai luhur dari sebuah ikatan silaturahim yang membuahkan nilai-nilai positif seperti nilai sosial, spiritual (Alquran dan Sunnah), dan nilai kauniyyah (alam) yang telah Allah S.W.T. anugerahkan kepada semesta, termasuk manusia.
Lama berselang setelah masa-masa pembinaan di KARISMA Salman ITB berakhir. Aku merasa mendapat banyak pelajaran dan pengalaman yang luar biasa berguna dalam masa-masa SMP-ku sampai akhirnya lulus dan masuk SMA bahkan hingga kuliah saat ini di kampus yang dulunya tak sempat terpikirkan akan menjadi tempatku berkuliah. ITB, salah satu yang menjadi kenalan pertama dari pembinaan di Salman. Meskipun, saat itu yang aku tahu ITB itu adalah kompleks Masjid Salman yang sering dipakai pembinaan. Memang sesekali pembinaan dilakukan di daerah depan kampus, tetapi – saat itu – aku tak mengetahui kalau itu wilayah kampus. Sebelum pada akhirnya aku tahu kalau Kompleks Masjid Salman itu adalah bagian dari ITB yang – cukup – luas. Akan tetapi, awal perkenalan yang menarik itu menjadi awal perkenalanku juga dengan bagaimana bermimipi dan merangkai cita-citaku. Sekarang, di kampus, aku banyak bertemu dengan teman-temanku di pembinaan Kharisma Salman kala SMP yang lalu. Bahkan dengan kakak beberapa kakak mentorku yang masih aktif di Salman. Ajaibnya, ada teman se-SMP-ku yang setelah lulus, masuk SMA sama sepertiku dan sekarang berkuliah juga di kampus yang dulu sempat kami kunjungi bersama setiap minggu. Setelah sekian lama tidak bersua dengan Kharisma, sekarang kembali dipertemukan, tetapi dalam situasi yang berbeda. Dulu, jika aku dan teman-temanku mengikuti Kharisma sebagai peserta maka sekarang menjadi pembina/pementor. Jika dulu bernama Mentari untuk SMP dan maestro untuk SMA maka sekarang sudah berubah menjadi satu, Eureka. Kini, aku berniat bergabung menjadi bagian di dalamnya sebagai kakak mentor yang pernah menjadi adik mentor.
Begitulah, salah satu pengalaman menarikku – menurutku – yang nyatanya terus berhubungan dengan alur hidupku hingga saat ini. Yang jelas, Kharisma adalah awal dari sebuah perkenalan. Perkenalan dengan pembinaan, teman-teman, ITB, mimpi, dan cita-citaku. Perkenalan yang menjadi sebuah pengalaman tak terlupa. Perkenalan yang semoga akan membawaku kepada kesuksesan hakiki yang sesungguhnya, yakni mendapat ridho-Nya. Amin. Insya Allah.
sumber gambar: hensamfamily.multiply.com; sk-sk.facebook.com; salmanitb.com