visitors

Selasa, 26 Agustus 2014

Pelarangan Jilbab di Bali, Menyakitkan!

Bukan semata-mata karena saya pribadi seorang muslim, sehingga meradang kala kabar ini menyeruak, "Pelarangan Jilbab di Bali."
Apalagi pascapernyataan dirjen pada suatu pemberitaan bahwa intinya umat Islam harus menghargai mayoritas pemeluk agama di Bali terkait pelarangan jilbab.

SAKIT hati ini, SAKIT melihat saudara sendiri diperlakukan seperti itu. Ini INTOLERAN, ini BUKAN Bhinneka Tunggal Ika yang senantiasa digaungkan di negeri ini. Tulisan ini tak semata wujud PROTES atas ketidakadilan dalam beragama, tetapi jauh lebih fundamental ke arah hak mendasar manusia dalam berkeyakinan dan menjalankan kewajiban agama. Perlu diketahui yang belum tahu, jilbab itu bukan sekadar mode/fashion gaya-gayaan yang memang lagi tren kekinian, tetapi dalam kitab kami (umat Islam) itu jelas suatu kewajiban bagi seorang perempuan. Jadi, berjilbab itu adalah dalam rangka penunaian ibadah atas perintah Allah, Tuhan sekalian alam, yang bukan main-main penunaiannya.



Tentu kalau mau, saya juga bisa berpendapat, "Larangan berpakaian biksu, umat Hindu diminta hargai mayoritas Agama di Pulau Jawa." Tapi toh itu juga akan menjadi titik api penyulut kebakaran dan perpecahan umat manusia di Indonesia. Dan itupun, jika ada, tentu akan saya tolak (jika ada aturan diskriminatif seperti itu terhadap agama apapun, di manapun). Karena perihal penunaian ibadah atas ajaran agamanya adalah diserahkan kepada masing-masing sesuai keyakinan yang dipeluk tanpa mengganggu atau bahkan bersatu dengan ibadah umat lainnya dengan tetap saling menghargai atas ajaran agama masing-masing tersebut. Itulah TOLERANSI.

Sekian, mohon maaf atas ke-berlebih-an sikap dan terima kasih telah bersama memperjuangkan hak, kerukunan, & keadilan dalam keberagaman di negeri yang katanya menjunjung tinggi 'TOLERANSI' di dalam berkeyakinan.

| Sebentuk Pernyataan Sikap Persaudaraan, Kiki 'Kido' Rudiansyah.