visitors

Rabu, 12 Januari 2011

BANGGA DENGAN GELAR 'ETOSER'



Etos, pertama mendengar kata itu langsung terucap dalam benakku ‘etos kerja’. Ya, etos memang selalu bersandingan dengan kata ‘kerja’ menjadi suatu frase tersohor yang aku ketahui waktu itu. Entahlah, ketika orang bertanya-tanya ‘apa itu etos?’ - bahkan terdengar secara repetisi. Aku hanya tertarik dengan kata beastudi-nya. ‘Apalah arti sebuah nama?’ begitulah kata-kata penyair.

Sejenak mengenang masa-masa ke-baru-tahu-an tentang beastudi etos sebelum akhirnya melekat juga gelar prasarjana etoser. Satu koma lima tahun – kurang lebih – menyandang gelar tersebut memang tak dapat dimungkiri banyak bibit-bibit kebanggaan yang muncul dengan sandangan tersebut. Sejak menjadi etoser, ke-baru-tahu-an muncul kembali, tetapi bukan ke-baru-tahu-an tentang etos sebelumnya karena pertanyaan ‘apa itu etos?’ sudah terjawab dengan jelas. Sekarang kutahu tentang organisasi, kemandirian, entrepreneurship, keasramaan, kepanitiaan, pengasahan kemampuan, dan yang penting peran sosial di dunia kemasyarakatan.

Rasa bangga ini muncul bukan karena gelarnya itu sendiri melainkan apa yang telah saya dapat selama menyandang gelar tersebut. Jika aku melihat sekitaran jangkauan mata, tak banyak yang mendapat apa yang saya dapatkan sebagai seorang etoser. Tak hanya itu, keluarga baru –etoser lain, pembina, korwil, etos pusat, dan etos nusantara- yang membentuk jiwa kekeluaragaan beriringan dengan program pembinaan menjadikan softskill terarah dan hardskill terasah.

Kebanggaan menjadi etoser tak terlepas dengan rasa bangga terhadap lembaga yang menaunginya karena menurutku tak banyak lembaga yang peduli pada objek-objek seperti aku ini. Kuberharap rasa bangga ini bukan hanya sekedar rasa bangga yang akan hilang terbanding jarum waktu. Akan tetapi, diikuti dengan usaha diri untuk jadi pribadi yang produktif jasmani dan rohani bahkan lebih jauh lagi dapat memproduktifkan lingkungan tempatku tinggal. Amien.