Tak sedikit yang mematok kesejatian pasangan dari...
melihat romantisnya Romeo dan Juliet yang terkadang sarat akan dramatisasinya,
peliknya lika-liku cinta Shinichi Kudo dan Ran Mouri yang sudah jelas fiktifnya,
dramatisnya kisah Jack dan Rose Dawson yang terapung di kapal pendulang awards 'Titanic',
hebatnya romantisme Habibie & Ainun yang menyita jutaan pasang mata di teater layar emas tanah air,
atau bisa jadi, kisah kuatnya chemistry kasih pasangan saintis Marie dan Pierre Curie yang menghiasi perbendaharaan biografi dunia ilmu kimia,
atau syahdunya kisah cinta pewayangan Rama dan Shinta.
Yang demikian itu tidak dilarang dan sah-sah saja.
Namun, sering kita lupakan setidaknya ada pasangan terdekat, terlihat jelas, dan bahkan selalu membersamai kita-lah yang nampaknya jarang dijadikan contoh kesejatian dalam berpasangan, yaitu IBU dan AYAH kita.
Apapun kisahnya, betapapun keadaannya, mungkin terlihat romantis dan harmonis hingga kini, salah satu atau keduanya telah berada di sisi-Nya, atau berpisah dll. karena suatu dan lain hal, tetapi kesejatian cinta kasihnya sangat terbukti adanya.
KITA-lah bukti kesejatiannya. Tak harus sama, karena kita harus mengusahakan yang lebih baik dan, yakinlah, merekapun pastinya ingin melihat kita lebih baik. Jadi, mari belajar dari keduanya yang nampaknya akan lebih lepas dan nyata.
Terlebih lagi, semoga pula keduanya (lebih dasar lagi) berpatokan pada pedoman sejati berpasangan yang sejatinya dan ideal kita panuti dalam berumah tangga (sekarang bagi yang sedang menjalani; nanti bagi yang akan menjalani), yaitu pasangan Rasulullaah Muhammad Saw. dan Siti Khadijah (mewakili kesejatian & idealnya hidup dengan istri beliau Saw. yang lainnya). Dan kemudian, kita mengikuti contoh keharmonisan yang bersumber dari-Nya. Jadi, tak sekadar sejati, tetapi juga syar'i.
Belajar menuju fase kehidupan selanjutnya, tentukan pedoman idealnya.
-Kido :)