visitors

Sabtu, 25 Januari 2014

Rumusnya: Berdoa, Berusaha, & Berdoa

Duduk, kadang sedikit bangkit meneropong kawanan asa yang sedikit mencerahkan. Namun, lagi-lagi mengelus dada karena asa itu kembali hilang, berganti fatamorgana tanda bara datang melanda. Lalu harus pasrahkah? Atau justeru meronta melawan simalakama?

Pilu rasanya melihat bencana melulu. Sakit rasanya mendengar kabar bencana yang terus membelit. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Ini hanya bencana atau justeru terselip kabar di dalamnya? Kita semua tidak tahu. Yang kita tahu ini semua sedang terjadi bahkan silih berganti.

Belum reda mulut gunung menghembuskan awan panasnya, datang banjir bersama tanah membandang perumahan tanpa pandang tuannya. Kala air masih menggenang beberapa kota dan daerah di nusantara, pergerakan tanah tak terbendung menimbun wisma dan penghuninya. Lalu, saat itu semua sedang menjadi fokus masalah, guncangan lempeng tanah justeru datang seakan memperkeruhnya.

Kini, semua terpaku pada masalah, semua mencari solusi masalah, semua mengurangi cabang masalah, dan semua mencegah pelebaran masalah. Pun berdoa, kini menjadi 'barang' paling utama dan jangan sampai terenyah. Tidak ada yang salah? Yang jelas tidak boleh ada yang dipersalahkan atau bahkan saling menyalahkan. Yang ada hanyalah tumpukan hikmah dan gunungan hidayah yang sejatinya dapat menjadi pengubah. Pertanyaannya, maukah kita mengambilnya? Terserah, masing-masing kita yang akan memilihnya.

Namun, sejatinya berdoa itu bukan hanya disimpan di ujung masalah, melainkan jauh akan lebih indah jika kita simpan di garis awalnya yang tidak hanya akan menjadi pencegah masalah, tetapi juga sebagai pencerah dan peluang besar diijabah jika berisi harapan untuk mengubah sebuah masalah. Namun pula, jangan terlena dengan hanya berdoa saja, sedangkan berusaha yang sekedar aksesoris pemerindah. Justeru usaha itulah, bahan pengijabah atas doa yang kita tujukan pada-Nya.

Sebelum banjir, berdoalah supaya dihindarkan darinya dan berusahalah dengan sungguh dan mendukung doanya (dengan tidak membuang sampah sembarangan dan atau ke sungai) baru pasrahkan segala sesuatu keputusan akhirnya kepada-Nya, baik atau buruk (menurut makhluk-Nya) keputusan-Nya adalah kehendak mutlak dari-Nya karena Dia Yang Maha Tahu maksudnya. Demikian salah satu contohnya. Terlihat sederhanakah? Ya! Tapi nyatanya ini persoalan etika dan karakter yang menjadi akar masalah.

"Sederhananya, inilah rumusnya: berdoa, berusaha, dan berdoa-lah dengan berjamaah, karena akan jauh lebih lebih indah. Terakhir, mari biasakanlah."

-Kido :)

| Renungan Malam Minggu, 25 Januari 2014


























Foto: KIDO'S PICTURES