Kamu pernah datang terlambat pada suatu acara tertentu padahal teman-teman sudah datang lebih awal?
Kamu pernah muncul lagi setelah sekian lama tak nimbrung pada suatu
perkumpulan, komunitas, atau organisasi padahal teman-teman telah
melalui masa 'riweuh' bersama-sama?
Based on true experience...
Ada dua macam orang datang terlambat pada suatu acara, rapat, dll.
Satu, jenis orang yang dengan sengaja datang terlambat karena sudah
direncanakan atau dibiasakan. Dua, jenis orang yang tak mau terlambat,
tetapi hal penting menyangkutnya pada waktu yang bersamaan mengharuskan
dia datang terlambat sehingga telat menjadi pilihan daripada tidak sama
sekali.
Sama halnya dengan kasus datang terlambat, munculnya
seseorang yang sudah sekian lama 'menghilang' juga ada dua macam. Satu,
jenis orang yang baru muncul lagi setelah menghilang tidak jelas karena
memang sudah direncanakan atau disengaja. Tipe kedua adalah orang yang
menghilang dan baru muncul lagi setelah mengerjakan suatu hal baik
berhubungan dengan kepentingan akademik, keluarga, atau pekerjaannya,
tetapi sebelumnya telah melakukan pemberitahuan atas ke-menghilang-annya
itu.
Dari keempat tipe orang dengan dua kasus di atas terdapat
dua mental yang secara umum ditampakkan yaitu pertama mental orangnya
yang 'dingin' & 'lurus-lurus' saja ketika datang terlambat atau baru
muncul lagi serta yang kedua mental orangnya yang 'minder' sehingga
agak sulit untuk berbaur lagi. Mental yang kedua ini cenderung mental
kebanyakan sepanjang pengalaman. "Ah, malu datang juga soalnya sudah
terlalu telat," atau "Gak mau, ah agak gimana gitu sama yang lain udah
lama gak ikut ngumpul," begitu katanya.
Melihat kasus mental di
atas, memang diperlukan kepekaan kita yang telah datang terlebih dahulu
dan bertahan pada suatu perkumpulan untuk berjiwa besar menyambutnya
minimal dengan 3S: senyum, salam, sapa. Apalagi memang sejak awal
orangnya sudah memberitahu. Terkadang perlu penyesuaian ulang karena
berbedanya waktu pencairan suasana antara yang sudah terbentuk dengan
yang baru saja bergabung (lagi). Inilah yang bisa jadi menyebabkan
mereka yang datang terlambat atau baru muncul lagi memilih terdiam atau
bahkan mencari aktivitas lainnya dibandingkan 'dikacangin'
teman-temannya.
Mungkin sebagian besar menganggap "Itu kan
sebagai konsekuensi/sangsi atas keterlambatan atau ke-menghilang-annya".
Padahal, baik yang jelas ataupun tidak, akan jauh lebih 'asyik' jika
kita merangkulnya kembali. Bukankah itu lebih menyenangkan,
mengakrabkan, dan mencairkan suasana? Ketimbang memasang muka datar atau
tak ber-3S. Soal konsekuensi dan sangsi adalah urusan dirinya sendiri
dan untuk dirinya sendiri. Kedatangan dan kemunculannya kembali adalah
sebentuk niatan untuk senantiasa menyambung silaturahmi.
Namun,
perlu dicatat bahwa tulisan ini bukan sebentuk pembolehan secara 'buta'
atas kasus datang terlambat dan menghilangnya seseorang pada suatu
organisasi, melainkan lebih kepada pengingatan bahwa jiwa besar untuk
kembali merangkul orang seperti tersebut sebelumnya adalah jauh lebih
enak di hati dan hubungan terlebih sebelumnya sudah ada pemberitahuan.
Tulisan ini berdasarkan pengalaman dan curhatan beberapa teman. Bagi
kengkawan yang bergerak di bidang psikologi pasti lebih paham soal
mental dan cara penyikapan yang benar.
Terima kasih bagi yang berkenan.
Mohon maaf atas segala kekhilafan dan pendapat yang kurang pantas untuk
diutarakan. Semoga ada pembelajaran dan perbaikan bagi diri dan
kelangsungan hubungan di masa kini dan ke depan.
| Catatan Pengalaman dan Pandangan, Kido.