Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Tahun ini,
Ramadhan terasa berbeda dengan tahun sebelumnya. Tidak hanya dalam hal keberadaan
menjalani secara geografis, tetapi juga dalam hal target-targetnya. Enaknya
Ramadhan di tanah air dengan segala selebrasi dan perubahan pola keseharian di
sekitar saya membuat Ramadhan tersuasanakan. Namun, saya berharap tak hanya
sekadar selebrasi dan pernak-perniknya saja, tetapi juga substansi mendalam
mengenai hikmah besar di dalamnya pun juga dapat ‘membahana’ di Ramadhan 1434 H
ini. Aamiin.
kemudian, mengapa
pula target juga menjadi sasaran untuk dijadikan berbeda dengan tahun
sebelumnya? Jawabannya, karena tentulah dengan kondisi yang berbeda, target
juga akan menyesuaikan. Dan Ramadhan kali ini, tentunya, ingin lebih baik
daripada Ramadhan sebelumnya.
Setiap orang
muslim pasti mempunyai targetan selama bulan Ramadhan, meski tak banyak yang
biasa mengungkapnya, tak terkecuali saya. Seperti pada umumnya yang pasti menjadi
targetan pertama di bulan Ramadhan adalah dapat melaksanakan shaum selama
sebulan penuh. Artinya secara tidak langsung targetan itu membuat kita harus
mngupayakan diri agar terhindar dari hal yang membatalkan shaum (secara udzur)
minimal. Poin intinya adalah saya harus menjaga kesehatan baik secara jasmani
maupun rohani. Selanjutnya, dari target pertama ini turunlah target-target
selanjutnya.
Semua
targetan Ramadhan pasti berhubungan dengan aktivitas yang akan dijalani
selanjutnya. Aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan jasmani, sedangkan
aktivitas ruhiyah untuk menjaga kesehatan rohani. Namun, “jangan pernah mau
terjebak dalam pembatasan aktivitas fisik dan bathin!” itu kata saya pada diri
saya sendiri. Karena sejatinya seluruh aktivitas di bulan Ramadhan ini, bahkan
untuk satu aktivitas yang sama, dapat secara bersamaan berimbas pada sisi
jasmani dan rohani saya.
Sholat
tarawih dan shodaqoh setiap hari tanpa absen, tilawah Al-Quran dua kali khatam
dalam sebulan, serta itikaf di sepuluh hari terakhir penuh adalah targetan
turunan utamanya. Bisa jadi ini juga yang ditargetkan sebagian muslim yang lain
atau bahkan lebih. Kemudian, aktivitas dan ibadah lainnya juga selalu
digembar-gemborkan dalam hati untuk senantiasa dilakukan sebagai peng-kilau
warna-warni Ramadhan saya. Jikalau memang sedang bisa dilakukan, mengapa tidak?
Misalnya, sholat sunnah rawatib, dhuha, olahraga, kajian, membaca buku, dll.
Sholat wajib lima waktu dan birrul
walidain saya rasa tak perlu disebutkan
lagi karena itu yang utama.
Namun, di
antara sekian target-target Ramadhan 1434 H saya kali ini, ada salah satu
target yang benar-benar baru dan saya usahakan untuk menunaikannya. Boleh jadi
saya bilang inilah keunikan di Ramadhan saya kali ini. Jelajah Spesial
Ramadhan, inilah targetnya. Maksudnya?
Dengan salah
satu hobi saya yaitu menjelajah, maka saya putuskan untuk membuat targetan
menjelajah di bulan Ramadhan. Menjelajah di sini yaitu menjelajah masjid-masjid
yang ada di sekitar saya, di Kabupaten/Kota Bandung. Mimpinya dapat juga
menjelajah hingga ke luar kota bahkan luar Indonesia. Alhamdulillaah, sekira 40-an masjid dapat saya jelajahi. Namun,
tidak semua masjid yang saya list
dapat saya kunjungi karena satu dan lain hal. Masjid Agung Leles Garut adalah
Masjid terjauh yang saya kunjungi di bulan Ramadhan ini. Sedangkan yang
terdekat, tentunya masjid dekat rumah saya yaitu Masjid Darul Ulum Pasirhonje.
(https://www.facebook.com/notes/kiki-rudiansyah/jelajah-spesial-edisi-ramadhan-1434-h-d/3145197326248)
Akan tetapi,
bukan hanya dalam hal penjelajahannya saja yang saya targetkan untuk dicapai,
melainkan juga lebih kepada bagaimana saya bisa melihat perbedaan dan kesamaan
di setiap masjid yang saya kunjungi dalam aktivitas kesehariannya, khususnya di
bulan Ramadhan. Saya belajar banyak dari penjelajahan ini. Ternyata, boleh jadi
kita berbeda dalam penunaian amalan ibadah, selebrasi, atau hal lainnya dalam
bermuamalah di bulan Ramadhan, tetapi dengan kesamaan yang ada kita bisa hidup
rukun tanpa perselisihan melainkan diskusi dan kajian penyempurnaan ilmulah
yang harus diutamakan. Tentunya dalam rangka memperjuangkan Islam yang sesuai Al-Quran
dan As-Sunnah menuju ridho-Nya.
Lalu, di
balik penjelajahan Ramadhan saya kali ini, tentunya harus tetap pula memegang
target-target yang telah disusun sebelumnya. Jadi, bersamaan dengan itu saya
berusaha menunaikan semua targetan yang meski kenyataannya tidak bisa 100%.
Akan tetapi, alhamdulillaah, yang
saya syukuri adalah kenikmatan dalam menjalaninya serta segala rahmat dan
berkah dari Allah yang membuatnya terasa jauh dari lelah. Ubah lelah jadi lillah!
Alhamdulillaah, shaum saya sebulan penuh dapat
tertunaikan, pun sholat tarawihnya. Sementara tilawah Quran saya tidak mencapai
target dua kali khatam, melainkan sekali saja dan lebih beberapa juz. Namun,
hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa ibadah pun harus kita targetkan, terutamanya kita luruskan
niat terlebih dahulu agar penunaian targetnya menjadi menyenangkan. Poin
keikhlasan, pahala, dan pencatatan kebaikan, biarkanlah hanya Allah yang
menilai dan kita berurusan pada ikhtiar dan perjuangannya.
Sementara
‘perburuan’ lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan juga, alhamdulillaah, dapat tertunaikan. Hari
pertama di Masjid dekat rumah, Darul Ulum. Kemudian, hari kedua di Masjid
Salman ITB, ketiga dan seterusnya Masjid An-Nuur Biofarma-lah yang menjadi
tempat beritikaf. Hasilnya, selalu dan selalu, saya serahkan kepada Allah SWT.
Sang Maha Bijaksana.
Begitulah
penjelajahan saya di bulan Ramadhan kali ini, 1434 H, saya berharap Allah akan
mempertemukan saya dengan Ramadhan selanjutnya untuk menargetkan
kebaikan-kebaikan yang berharap dapat menjadi sebuah perubahan saya kea rah
yang lebih baik dan menjadi perbekalan saya ke tempat yang terbaik kelak di
sisi-Nya. Aamiin.
Wallaahu a’lam bish shawwab.