-- Hargai Udara Sebagai Rasa Syukur Karena Tuhan Tak Hargakan Udara
Pekerjaan pertama yang dilakukan manusia saat lahir di muka bumi adalah inhale 'menghirup udara'. Pekerjaan terakhir yang dilakukan manusia saat akhir di muka bumi adalah menghembuskan udara 'exhale'. Jadi, udara menggabungkan fase awal hingga fase akhir hidup kita sehingga karenanya secara tidak sadar, dalam perjalanan hidup kita selalu ingin menghirup udara bersih dan segar.
Kita harus selalu mengingat bahwa membersihkan udara yang kita hirup adalah bagian dari oksigenasi otak kita, setara dengan membersihkan pikiran. Udara mengantarkan zat cinta yang menyehatkan otak kita. Di dalam kata 'saudara', ada kata 'udara'. Saudara, se-udara. Semua makhluk bersaudara karena menghirup udara, elemen cinta yang terberi oleh Tuhan secara gratis dan tidak pernah membedakan orang berasal dari suku mana, agama mana, dari ras apapun.
Udara menyatukan kita, menjadikan kita bersaudara karena ada kode Tuhan di dalamnya, yakni cinta. Mari kita jaga kebersihan udara, hidup dan nikmati kode Ilahi bernama 'udara' dan selalulah berpegangan erat dalam menjaganya sebagai saudara.
| Disadur dari Konklusi Kang Mamat (No Tulen ILK Edisi Kamis, 29 Mei 2014)
#SelasaTanpaRokok #FunDays
- Kido :)
Foto: 'Langit Pantai Losari Kala Senja | Makassar, 24 Maret 2014' oleh KIDO'S PICTURES
The ominous clouds above telling me something/the future i'm facing will never be easy/you'll be my friend in loneliness /you'll be the one who brightens up all my heart/this friendship never last never goes till the end of time...
visitors
Selasa, 03 Juni 2014
Senin, 02 Juni 2014
SATU INDONESIA: Indonesia Bangkit, Indonesia Juara
Luas nusantara, kekayaaan kita
Ragam suku bangsa, budaya, dan bahasa
Milik kita...
Tanah air kita, hutan hijau kita
Segala sumber daya anugerah dari-Nya
Bhinneka Tunggal Ika, Garuda Pancasila
Adalah kita...
Indonesia bangkitlah…
Indonesia jadilah juara…
Mari selamatkan Indonesia!
Karena kita...
SATU INDONESIA!
MUSIKIDO | "Indonesia Bangkit, Indonesia Juara" Cipt. Kido
Minggu, 25 Mei 2014
Dongeng Minggu Pagi: Dunia Telur
Di suatu Padepokan Telur Unggas, antah berantah, terdengar sebuah pengumuman dari Balai Sangkar Besar bahwa ada sayembara keteluran: Pemilihan Telur Sejagat Dunia Perteluran. Selang beberapa detik, kabar sayembara langsung memburung ke seantero Padepokan Telur Unggas itu hingga berakhir ke suatu Kampung Telur. Riuh rendah gemuruh hebohnya pergunjingan sayembara itu terdengar menggema di Kampung Telur. Lalu, salah sebutir Telur Ayam Kampung dengan gagah berani dan percaya diri bertekad memenangkan sayembara itu. Hingga pada akhirnya tiba pada babak spektakuler kontes final sayembara tersebut.
Dari atas panggung kebesaran Padepokan Telur Unggas, terlihat gagah dan berwibawa penampilan Sang Telur Ayam Kampung. Putih, sehat, dan bersih memancar ke seluruh umat telur. Namun, tak berlangsung lama, Telur Ayam Kampung gemetar ditantang sebutir Telur Ayam Negeri yang terihat lebih 'sterek' berkulit kecoklatan dan terlihat lebih garang. Telur Ayam Kampung pun takut oleh Telur Ayam Negeri.
Kontes berlanjut, lalu? Apakah Telur Ayam Negeri menjadi pemenangnya?Jawabannya, tidak!
Ada penantang lain yang justeru lebih ditakutinya. Siapa yang ditakuti Telur Ayam Negeri? Ya, Telur Bebek-lah ternyata jawabannya. Ia terlihat lebih besar, berdarah biru agaknya ke-ningrat-ningratan.
Selanjutnya, adakah yang ditakuti Telur Bebek? Ternyata ada! Telur Angsa menantang dengan gagah, busung dadanya. Besar kepalanya. Besar ula perawakannya. Ia terlihat bangga.
Akan tetapi, ternyata ada lagi yang jauh lebih ditakutinya. Siapakah yang lebih ditakuti Telur Angsa? Dialah Si Raksasa 'Telur Burung Unta'! Wow... panggung pun hampir roboh dibuatnya. Sang raksasa bak algojo datang dengan angkuhnya. Melotot-menyorot mematikan semua pandangan ke arahnya. Kecuali?
Kecuali sebutir penantang yang datang dari arah belakang panggung kala semua tertakut-takut. Bahkan hebohnya, Sang Raksasa Telur Burung Unta pun jadi ketakutan dibuatnya. Siapakah gerangan yang membuat Telur Burung Unta ketakutan?
Hening dan hening. Sampai akhirnya 'Master of Ceremony' (MC) berteriak, "Telur Asiiiiiiiin.......!!!!!" Ya, semua kontestan ketakutan dibuatnya. Lho kok bisa? Jelaslah, Telur Asin ini dikenal paling ditakuti di dunia perteluran. Pasalnya, ke-biru-muda-an kulitnya dipergarang oleh tato yang menempel di badannya. Bak preman dengan tatonya, ia begitu ditakuti dan disegani.Menakutkan sekali.
Lalu, berakhir sudah sayembara itu. Sang Telur Asin bersiap menerima tropi kemenangan karena dialah yang paling ditakuti di antara telur yang lain. Akan tetapi, tunggu dulu. Sebutir telur mengacungkan tangan dari kejauhan sambil berjalan di antara kerumunan masa telut yang menyaksikan perlombaan. Semua bergerak meminggir. Di atas pentas, terlihat Telur Asin bercucuran keringat dingin, begitu ketakutan. Siapakah kiranya 'dia' yang muncul di akhir kontestasi sayembara ini hingga membuat sang calon pemenang, Telur Asin, pun menjadi sangat ketakutan?
Tak dinyana, tak disangka, tak terduga. Berperawakan mungil, bahkan paling kecil, di antara semua kontestan sayembara yang ada justeru dialah yang paling ditakuti dan disegani. Tegap penuh wibawa, ia berjalan di antara kerumunan umat telur-teluran. Bukan karena kecilnya yang membuat dia terlihat tegap, penuh wibawa, dan disegani banyak butir, tetapi karena setelannya yang gagah berkostum loreng bak prajurit tentara yang siap melawan kawanan muauh di depannya.
Dialah TELUR PUYUH! Datang sebagai pemenang Pemilihan Telur Sejagat Dunia Perteluran. Selamat dan sekian!
| Cerita Pendek Garing dan Original "Telur Pun Takut Telur"
- Kido :)
Rabu, 21 Mei 2014
Perang Frekuensi
Dua hari ke belakang ini, agaknya saya merasa televisi ini lebih panas dari - disipasi daya yang dihasilkan - biasanya. Apatah gerangan? Pasalnya ini gegara ada disipasi daya geliat politik pilpres 2014 yang - sangat panas - diumbar di dalam siaran(media)nya. #perangfrekuensi
Ya, makhluk mati bernama 'televisi' kini seakan berontak meronta-ronta, (terpaksa) saling hantam - sana hantam sini di dalamnya. Bukan, bukan komponen rangkaian elektronik di dalamnya yang sedang baku hantam, melainkan frekuensi 'UHF' di dalamnya yang beradu jotos kabar. Sebut saja 'Stasiun TV'. Nama lengkapnya, 'Stasiun TV Swasta'. Nama panggilannya, "TV Berwarna Merah" dan "TV Berwarna Biru". Indah(apa)nya (coba!). #perangfrekuensi
Sang frekuensi UHF ini dipaksa bergejolak-berpolitik (oleh pemiliknya) menyerang kubu lainnya - sembari mencari teman. Saling mengharumkan, saling memecahkan wewangian yang justeru baru saja disemaikan. Dan ini nyata (juga maya) di depan mata. Tanpa sensor. Kita berhak menilainya, apalagi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang jelas-jelas (benar-benar) memantaunya. #perangfrekuensi
Yang jelas, hari kemarin sepi berkabar, "Selamat Hari Kebangkitan Nasional". Ya, hari ini 20 Mei 2014, se-abad plus enam tahun kebangkitan. Namun, hari kemarin ramai sekali berkabar, "Selamat Hari Kebangkitan Perang Media Nasional!" Sekian. #perangfrekuensi
- Kido :)
Langganan:
Postingan (Atom)