Dan benar sekali adanya, Ahad kemarin adalah momen besar pencoretan
catatan mimpi kecilku. Betapa tidak, berkesempatan menyenandungkan
tembang nasyid favorit (Muhasabah Cinta dan Sebiru Hari Ini) bersama penyanyi aslinya - dengan diiringi gitar langsung - adalah 'the unsaid
moment'. Kemudian, mimpi kecil itupun telah menjadi kenyataan. Eggie
'Edcoustic' featuring Kido. Alhamdulillaah. Mungkin bagi sebagian yang
lain ini adalah hal biasa atau 'apaan sih?' tapi apapun itu kupilih menjadi diriku dengan segala asa dan mimpiku.
Dan ternyata pula kami mempunyai secuil latar belakang yang sama.
Tampil bersama di acara Festival Cinta Remaja (FESTARA) yang digelar
oleh Keluarga Remaja Islam Salman ITB (KARISMA) seperti sebuah ajang
reunian. Aku alumni Adik Mentor KARISMA dan Kang Eggie & (Alm.) Kang
Aden (EDCOUSTIC) adalah alumni Kakak Mentor KARISMA. Sejatinya,
Allah-lah Yang Maha Mempertemukan kami.
Kutahu 'Remaja Peduli'
sebagai senandung perdana dari Edcoustic pada saat aku ber-Islamic
Sunday KARISMA 2006 silam. Saat itu pula mulai kuterpincut dengan nasyid
modern ala Edcoustic. Tak terlalu perhatian selanjutnya, sewaktu SMA
2008 lalu, 'Nantikanku di Batas Waktu' dan 'Sebiru Hari Ini'
mengakrabkanku kembali dengan sang penyairnya. Hingga 'Muhasabah Cinta'
melengkapi kekagumanku pada maestro nasyid ini. Munsyid Juara dari
Bandung Juara, dan aku bangga.
'Sungguh walau kukelu tuk
mengungkapkan perasaanku' ingin berduet kala itu denganmu, Edcoustic,
terutama saat masih lengkap dengan (Alm.) Kang Aden kala itu. Beberapa
kali bertemu yang membuat rindu. Namun, tiada mengapa karena penantianku
terjawab sudah. Dengan ramah dan bersahajanya, seorang yang nota bene
sudah populer dengan rendah hati mengajakku untuk tampil bersama.
Superhaturnuhun, Kang Eggie, syukron Edcoustic. Suatu kehormatan dan
kebanggaan bisa berduet dengan penuh kebahagiaan.
Dan seperti
Kang Eggie bilang, semoga segala senandung yang dilantunkan tiada lain
sebagai pelipur lara dan penghibur diri tak berlebihan. Dan tentu
sejatinya semoga ini menjadi media dakwah pendulang kebaikan di masa
sekarang dan mendatang. Dan sukses selalu untuk Edcoustic dan Edfriends
sekalian. Aamiin.
"Tuhan kuatkan aku lindungiku dari putus asa jika kuharus mati, pertemukan aku dengan-Mu." []
| Catatan Pencoretan Mimpi Kecil, Kido.
Foto oleh Idris Nursalim Al Muhajiri
Syukron jiddan, my best Akhi
[ Disunting oleh KIDO'S PICTURES ]
The ominous clouds above telling me something/the future i'm facing will never be easy/you'll be my friend in loneliness /you'll be the one who brightens up all my heart/this friendship never last never goes till the end of time...
visitors
Selasa, 24 Maret 2015
Senin, 16 Maret 2015
Indit 'SYIAH' ti Kampung Kuring!
Bandung (16/3), Kido. Langsung menuju intinya saja saya kabarkan hasil curahan saksi hidup tentang apa yang terjadi (dan masih berlangsung) di kampung saya, Pasirhonje (Kab. Bandung, Jawa Barat) menyoal kegundahan masyarakat tentang ajaran Syiah yang tengah mengguncang kini. Adalah ayah saya sendiri (RR) yang menuturkan bahwa pascakunjungan (masa reses DPR RI) 'Bos Syiah' di Jawa Barat, Jalaluddin Rakhmat, ke Yayasan Masjid Al-Mukaromah Pasirhonje (Ahad, 1 Maret 2015 lalu), masyarakat dibuat resah karena Jalal, begitu panggilannya, sempat membagi-bagikan buku tentang syiah kepada warga yang ikut hadir dalam forum tersebut. Jalaluddin Rakhmat adalah bos ajaran sesat Syiah (http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/05/06.-Faham-Syiah.pdf) di Jawa Barat yang diberi kesempatan oleh pemilihnya untuk menjadi Anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P pada Pileg 2014 lalu dengan daerah pemilihan Jawa Barat.
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/03/03/39815/manfaatkan-masa-reses-jalaluddin-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah.html#.VQaNYY4Tza0
Tak hanya itu, kesaksian ayah saya menyebutkan bahwa tim Jalal siap membagi-bagikan sejumlah uang tunai yang cukup menggiurkan bagi warga yang memang sedang membutuhkan, asalkan mereka harus membentuk kelompok minimal sepuluh (10) orang per kelompoknya. Entah untuk diapakan kelompok ini, tetapi ini tentu modus operandi yang mengerikan dalam rangka membeli akidah dan sangat berbahaya bagi kalangan awam yang memang kurang pengetahuan dan cerderung ikut-ikutan. Siapa sih yang tak mau jika sudah diiming-imingi uang? Beruntung, kata ayah saya melanjutkan, meski beliau bukan ahli dalam hal ilmu agama, tetapi beliau menyadari bahwa kampung ini sedang digoyah akidahnya. Tak boleh ada penggadaian akidah untuk sebuah kemakmuran, begitu tegasnya.
http://www.kompasislam.com/masa-reses-jalaluddin-rakhmat-bagi-bagi-buku-syiah-ke-kampung-kampung/#sthash.DEkYIpxT.dpbs
Isu tersebut, sampai hari ini, ramai sekali menjadi perbincangan di RW 01 kampung saya, khususnya di RT 06 yang memang menjadi letak posisi Masjid Syiah tersebut. Sebagai informasi tambahan, Al-Mukaromah adalah sebuah Yayasan yang mengaku Islam yang terletak tepat diperbatasan Kampung Pasirhonje dan Sekegawir, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Didirikan layaknya pesantren yang ada masjid dan pondoknya juga, yayasan ini juga mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), begitu yang saya ketahui. Tak hanya itu, biasanya melalui surat undangan, pengurus menyebarkan pemberitahuan bahwa ada juga pengajian dengan menghadirkan pemateri. Lagi-lagi orang terdekat saya saksinya. Ibu saya (J), mengaku pernah menghadiri pengajian yang aneh materi penyampaiannya, tidak seperti Islam pada umumnya. Tentang ritual ibadahnya, pedoman suri tauladannya, dll.
Secara umum dan sejak lama, memang warga Pasirhonje, termasuk saya pribadi, telah mencium kejanggalan aktivitas dan ajaran di Masjid Al-Mukaromah tersebut. Hanya dulu belum terlalu 'agresif' seperti sekarang. Pun beberapa saudara dan teman saya yang adiknya sekolah di sana merasa begitu. Kondisi terkini memang aktivitas pesantren & SMP-nya sepi karena warga Pasirhonje dan kampung sebelahnya memilih menyekolahkan anaknya di tempat lain daripada termasuk dalam ke-simpang-siur-an ajaran yayasan tersebut. Jikapun ada, pengurus mendatangkan santri/murid dari luar daerah Pasirhonje semisal Kota Bandung, dll. Tentang upaya penyesatan yang hendak menyebar, beberapa tokoh masyarakat dan aparat pemerintah setempat sudah berusaha merundingkan kepada pengurus yayasan tersebut agar menghentikannya. Beberapa warga yang sudah hampir bersepakat menerima tawaran pun segera diselamatkan dan diberi pencerdasan.
http://www.antiliberalnews.com/2015/03/04/manfaatkan-masa-reses-jalal-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah/
Kini, kelanjutan penanganannya masih diurusi tokoh masyarakat setempat, pun saya sebagai warga setempat merasa harus ikut terlibat dalam menyelamatkan akidah masyarakat ini. Ini adalah bagian dari dakwah. Namun, tetap kita ingin menyelesaikan persoalan ini dengan baik-baik tanpa benturan. "Silakan jalani sendiri ajaran yang Anda yakini, jangan turut memaksa yang lainnya!" Menyoal legalitas dan posisinya di Kampung Pasirhonje sedang diproses oleh pemerintahan setempat, dalam hal ini oleh Ketua RW 01 Pasirhonje (BM). Melihat dampak warga yang hampir terjerumus ini (ada yang hendak memutuskan silaturahim dengan saudaranya, ada yang hendak memutuskan ikatan pernikahan, dll.), warga Pasirhonje dengan tegas menyatakan,
"Indit 'SYIAH' ti Kampung Kuring!"
*Syiah, juga dalam Bahasa Sunda memiliki arti: sebuah kata yang merupakan ekspresi pengusiran atas apa yang tidak disenangi hanya dibaca biasa saja tidak sama dengan pengucapan SYI'AH yang menggunakan huruf hijaiyyah 'ain' pada huruf 'a'-nya
| Catatan Ladang Dakwah Dunia Nyata, Kido.
http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/03/03/39815/manfaatkan-masa-reses-jalaluddin-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah.html#.VQaNYY4Tza0
Tak hanya itu, kesaksian ayah saya menyebutkan bahwa tim Jalal siap membagi-bagikan sejumlah uang tunai yang cukup menggiurkan bagi warga yang memang sedang membutuhkan, asalkan mereka harus membentuk kelompok minimal sepuluh (10) orang per kelompoknya. Entah untuk diapakan kelompok ini, tetapi ini tentu modus operandi yang mengerikan dalam rangka membeli akidah dan sangat berbahaya bagi kalangan awam yang memang kurang pengetahuan dan cerderung ikut-ikutan. Siapa sih yang tak mau jika sudah diiming-imingi uang? Beruntung, kata ayah saya melanjutkan, meski beliau bukan ahli dalam hal ilmu agama, tetapi beliau menyadari bahwa kampung ini sedang digoyah akidahnya. Tak boleh ada penggadaian akidah untuk sebuah kemakmuran, begitu tegasnya.
http://www.kompasislam.com/masa-reses-jalaluddin-rakhmat-bagi-bagi-buku-syiah-ke-kampung-kampung/#sthash.DEkYIpxT.dpbs
Isu tersebut, sampai hari ini, ramai sekali menjadi perbincangan di RW 01 kampung saya, khususnya di RT 06 yang memang menjadi letak posisi Masjid Syiah tersebut. Sebagai informasi tambahan, Al-Mukaromah adalah sebuah Yayasan yang mengaku Islam yang terletak tepat diperbatasan Kampung Pasirhonje dan Sekegawir, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Didirikan layaknya pesantren yang ada masjid dan pondoknya juga, yayasan ini juga mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), begitu yang saya ketahui. Tak hanya itu, biasanya melalui surat undangan, pengurus menyebarkan pemberitahuan bahwa ada juga pengajian dengan menghadirkan pemateri. Lagi-lagi orang terdekat saya saksinya. Ibu saya (J), mengaku pernah menghadiri pengajian yang aneh materi penyampaiannya, tidak seperti Islam pada umumnya. Tentang ritual ibadahnya, pedoman suri tauladannya, dll.
Foto: hidayatullah.com
Secara umum dan sejak lama, memang warga Pasirhonje, termasuk saya pribadi, telah mencium kejanggalan aktivitas dan ajaran di Masjid Al-Mukaromah tersebut. Hanya dulu belum terlalu 'agresif' seperti sekarang. Pun beberapa saudara dan teman saya yang adiknya sekolah di sana merasa begitu. Kondisi terkini memang aktivitas pesantren & SMP-nya sepi karena warga Pasirhonje dan kampung sebelahnya memilih menyekolahkan anaknya di tempat lain daripada termasuk dalam ke-simpang-siur-an ajaran yayasan tersebut. Jikapun ada, pengurus mendatangkan santri/murid dari luar daerah Pasirhonje semisal Kota Bandung, dll. Tentang upaya penyesatan yang hendak menyebar, beberapa tokoh masyarakat dan aparat pemerintah setempat sudah berusaha merundingkan kepada pengurus yayasan tersebut agar menghentikannya. Beberapa warga yang sudah hampir bersepakat menerima tawaran pun segera diselamatkan dan diberi pencerdasan.
http://www.antiliberalnews.com/2015/03/04/manfaatkan-masa-reses-jalal-datangi-pendukungnya-dan-bagi-bagi-buku-syiah/
Kini, kelanjutan penanganannya masih diurusi tokoh masyarakat setempat, pun saya sebagai warga setempat merasa harus ikut terlibat dalam menyelamatkan akidah masyarakat ini. Ini adalah bagian dari dakwah. Namun, tetap kita ingin menyelesaikan persoalan ini dengan baik-baik tanpa benturan. "Silakan jalani sendiri ajaran yang Anda yakini, jangan turut memaksa yang lainnya!" Menyoal legalitas dan posisinya di Kampung Pasirhonje sedang diproses oleh pemerintahan setempat, dalam hal ini oleh Ketua RW 01 Pasirhonje (BM). Melihat dampak warga yang hampir terjerumus ini (ada yang hendak memutuskan silaturahim dengan saudaranya, ada yang hendak memutuskan ikatan pernikahan, dll.), warga Pasirhonje dengan tegas menyatakan,
"Indit 'SYIAH' ti Kampung Kuring!"
*Syiah, juga dalam Bahasa Sunda memiliki arti: sebuah kata yang merupakan ekspresi pengusiran atas apa yang tidak disenangi hanya dibaca biasa saja tidak sama dengan pengucapan SYI'AH yang menggunakan huruf hijaiyyah 'ain' pada huruf 'a'-nya
| Catatan Ladang Dakwah Dunia Nyata, Kido.
Jumat, 20 Februari 2015
Bermisi Semangat Kebersamaan, Ikatan Alumni Alfa Centauri (IAAC) Taklukkan Puncak Tangkuban Parahu
Bandung
(20/2), IAAC. Alhamdulillaah..., bermodal tekad & semangat
kebersamaan, tujuh (7) anggota Ikatan Alumni Alfa Centauri (IAAC) lintas
angkatan berhasil menaklukan Puncak Tangkuban Parahu dalam Misi Perdana
Perjalanan Kebersamaan IAAC, "Assalamualaikum, Tangkuban Parahu!". Memulai perkumpulan dan sarapan di Salman ITB sejak pukul enam pagi, rombongan akhirnya mulai 'ngangkot' sekira pukul delapan karena menunggu fullteam. Turun di depan kampus UPI, kemudian lanjut menuju Jayagiri Lembang. Di Jayagiri semua perlengkapan dipersiapkan dan dicek ulang seperti makanan, minuman, P3K, dll. Kemudian setelah itu mulai beranjak menuju Taman Junghuhn - Gerbang Jalur Pendakian.
Sampailah di pintu masuk Taman Junghuhn dan rombongan bersiap tancap gas memulai pendakian, tapi tunggu dulu, setiap orang dikenakan Rp 5000 sebagai HTM Taman Wisata Alama Junghuhn. Pukul sembilan saat itu. Perjalanan menyusuri Taman Junghuhn, Lereng Tangkuban Parahu, hingga sampai puncak, dan akhirnya menuju kawah begitu menantang dan terjal. Kami harus menembus jalur sempit, menyusuri semak belukar, terkadang tebing dan pohon tumbang harus dihadapi. Namun, akhirnya dengan semangat kebersamaan dan saling membantu juga mencukupkan istirahat di beberapa titik, kami akhirnya mencapai puncak "Tertimbun ke Sampingnya, (Chairudin, 2006)" tersebut. Belum berakhir juga tantangan saat mencapai areal kawah, badai kabut menjadi selimut kami saat itu. Dingin dan sangat dingin, tetapi kebersamaan dan tebaran senyum semua anggota perjalanan yang menghangatkan.
Foto & Suntingannya oleh KIDO'S PICTURES
Semoga IAAC senantiasa dipersatukan-Nya dalam ikatan kekeluargaan,
kebersamaan, dan kekompakan dengan tetap berlandaskan TAQWA, CERDAS,
KREATIF, dan tentunya KONTRIBUTIF bagi almamaternya ALFA CENTAURI. Juga
makin memperkuat sinergi dengan lembaga alumni lainnya, Keluarga Alumni
Centaurian Moslem Atmosphere (KACMA) - karena anggota KACMA (sudah
pasti) anggota IAAC juga.
Untuk kawan-kawan IAAC lainnya, nantikan dan sampai jumpa di Misi Perjalanan Kebersamaan edisi selanjutnya, semoga semuanya dapat bergabung dan tersenyum bersama. Aamiin.
Salam IAAC.
Kontributor: Kiki Rudiansyah (4), Muhamad Abduh (5), Rizki Setiaji Mutaqin (5), Bagus Poetra (9), Lulu Azzahra (5), Hafsah Ashri Noor Azizah (8), Muthi Fatihah Nur (8)
Untuk kawan-kawan IAAC lainnya, nantikan dan sampai jumpa di Misi Perjalanan Kebersamaan edisi selanjutnya, semoga semuanya dapat bergabung dan tersenyum bersama. Aamiin.
Salam IAAC.
Kontributor: Kiki Rudiansyah (4), Muhamad Abduh (5), Rizki Setiaji Mutaqin (5), Bagus Poetra (9), Lulu Azzahra (5), Hafsah Ashri Noor Azizah (8), Muthi Fatihah Nur (8)
Rabu, 18 Februari 2015
Polisi Tanpa Kepala
Geger! Awal tahun baru 2015 ini Indonesia diributkan dengan adanya
'polisi tanpa kepala' - tepatnya pada tanggal 16 Januari 2015. Horror
memang, tetapi inilah kenyataan yang diperlihatkan Mr. President kita,
Yth. Ir. H. Joko Widodo, kepada rakyatnya di seantara nusantero, eh
seantero nusantara maksudnya. Keputusan ini diambil menyusul
ditetapkannya calon Kapolri (kesayangan) satu-satunya sebagai tersangka kasus gratifikasi oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) 13 Januari silam.
Padahal sang calon Kapolri tunggal Komjenpol Budi Gunawan ini telah melalui Fit & Proper Test oleh Komisi III DPR pada 14 Januari 2015 - sehari setelah ditetapkannya sebagai tersangka. Dan mengejutkan, hasilnya BG lolos dan (seharusnya) siap langsung dilantik Jokowi. Namun, sayang seribu sayang Jokowi (yang dilema dengan status BG) memilih menetapkan Plt (Pelaksana tugas) Kapolri, Komjenpol Badrodin Haiti, yang saat itu (16 Januari 2015) sekaligus acara seremonial dicopotnya Jendral Sutarman sebagai Kapolri yang sejatinya baru akan pensiun Oktober mendatang.
Kisruh ini semakin menjadi membentuk pusaran masalah 'cicak (KPK) kontra buaya (Polri)' yang sekarang dilengkapi banteng sebagai 'entahlah'-nya. Presiden (terlihat) makin pusing, sementara 'polisi tanpa kepala' terus menghantui rakyatnya. "Kita tunggu proses hukum (praperadilan) dulu, baru nanti diputuskan," begitu kurang lebih kata Pakde Jokowi selepas mengetahui BG melayangkan gugatan praperadilan di PN Jaksel atas menyoal status tersangka yang disandangkan KPK padanya - sekira sebulanan pascapenetapan tersangka. Wal hasil, rakyat masih terus menunggu sambil 'ketakutan'.
Sorak sorai keramaian tagar #SaveKPK dan #SavePolri pun menghiasi dunia maya dan nyata. Sementara praperadilan BG berlangsung sepekan secara marathon, 9-13 Februari 2015. Putusanpun dibacakan pada Senin (16 Februari 2015) lalu. Kini seluruh pihak terkait bahkan (secara berlebihannya) seluruh rakyat Indonesia berdebar-debar menanti putusan itu. Bukan untuk sekadar seorang BG-nya saja, tetapi tentang hubungan KPK-Polri dan jelasnya kepemimpinan salah satu institusi penegak hukum di negeri ini. Hasilnya, hakim mengabulkan sebagian permohonan BG dan menolak seluruhnya permohonan KPK serta diketuklah palu pencabutan status tersangka BG. Ini seakan buah simalakama bagi Jokowi di tengah (kadung) gaduhnya khalayak publik dan politik.
How are you, Mr. President? Sekarang kami menunggu keputusan Anda yang begitu 'amat sangat' lama sekali. Kami tak butuh jawaban 'minggu depan' atau 'secepatnya' bahkan (jangan bilang) #BukanUrusanSaya. Nampaknya Anda masih saja dilema, yth. Ir. Joko Widodo (dua hari kemarin). Namun, alhamdulillaah akhirnya hari ini (Rabu, 18 Februari 2015) Bapak berdiri dengan (upaya susah payah bergestur) tegas di podium istana negara. Kami dengan dengarkan keputusan Bapak, yakni membatalkan pelantikan BG sebagai Kapolri dan menunjuk BH Sang Wakapolri sekaligus Plt Kapolri, Komjenpol Badrodin Haiti sebagai cakapolri baru (yang lagi-lagi) tunggal. Tinggal berkirim surat lagi ke DPR untuk diproses.
Tepuk tangan 'prok prok prok' kami apresiasi keputusan Bapake Jokowi. Hanya masalahnya, kalau mau menunjuk cakapolri baru mengapa tak sejak dulu saat BG jadi tersangka? Kan banyak tuh jenderal besar lainnya yang dikantongi Kompolnas? Sudah 'chaos' dan 'riweuh' begini barulah diputuskan. Yang paling di-PHP-in ya jelas BG dan para pendukung serta pihak berkepentingan di belakangnya (mungkin). Sementara itu, (seperti biasa) rakyat dibuat gantung dan tak pasti bin tak jelas, mungkin karena rakyat itu memang tak jelas menteri Bapak, Tedjo, bilang ya. Tapi yang jelas bahwa kami tidak tahu menahu kalau ada maksud lain yang telah Bapak & orang-orang Bapak siapkan. Entahlah, kami hanya rakyat jelata yang super-awam, tetapi berusaha ingin tahu.
Sekarang kami kira ini bukan berakhir, melainkan memasuki babak baru pencalonan kapolri baru kepada DPR yang sedang bermasa reses dan baru akan berakhir 22 Maret mendatang - kecuali atas ijin pimpinan DPR, bisa dilakukan rapat pembahasannya. Belum lagi uji kepatutan dan kelayakannya. Eh, yang paling penting juga, belum tentu DPR menerima pencabutan BG sebagai kapolri - yang sudah lolos dan bukan tersangka - dan meloloskan BH sebagai Kapolri definitifnya. Tentu ini akan makin 'seru', dan membuat Bapak makin 'lucu', tapi moga tak sampai berlarut-larut tak menentu.
"Sampai kapan Polisi Tanpa Kepala ini bergentayangan menghantui seluruh rakyat dari Merauke sampai Sabang?"
Yth. Bapak Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, ini saatnya Anda yang memilih, Anda yang menentukan. Seiring itu kami menaruh kepercayaan dan berdoa kepada Allah, Tuhan sekalian alam. Moga negeri ini terhindar dari bala niat kejahatan yang memantik kehancuran dan mendekat pada kondisi negeri yang adil dan penuh kebaikan serta diliputi atmosfer ampunan dan keberkahan. Aamiin.
Sekian. Mohon maaf atas sangat banyaknya kesalahan dari ketidaktahuan, ke-sok-tahu-an dari ke-simpang-siur-an kabar yang beredar dan berkembang, serta ungkapan kejujuran perasaan yang mungkin menyakitkan. Astaghfirullaah, kami memohon ampunan Allah Sang Maha Sebaik-baik pemberi keputusan.
| Catatan Perasaan untuk Pemimpin Negeri Kekinian, Kiki Rudiansyah.
Padahal sang calon Kapolri tunggal Komjenpol Budi Gunawan ini telah melalui Fit & Proper Test oleh Komisi III DPR pada 14 Januari 2015 - sehari setelah ditetapkannya sebagai tersangka. Dan mengejutkan, hasilnya BG lolos dan (seharusnya) siap langsung dilantik Jokowi. Namun, sayang seribu sayang Jokowi (yang dilema dengan status BG) memilih menetapkan Plt (Pelaksana tugas) Kapolri, Komjenpol Badrodin Haiti, yang saat itu (16 Januari 2015) sekaligus acara seremonial dicopotnya Jendral Sutarman sebagai Kapolri yang sejatinya baru akan pensiun Oktober mendatang.
Kisruh ini semakin menjadi membentuk pusaran masalah 'cicak (KPK) kontra buaya (Polri)' yang sekarang dilengkapi banteng sebagai 'entahlah'-nya. Presiden (terlihat) makin pusing, sementara 'polisi tanpa kepala' terus menghantui rakyatnya. "Kita tunggu proses hukum (praperadilan) dulu, baru nanti diputuskan," begitu kurang lebih kata Pakde Jokowi selepas mengetahui BG melayangkan gugatan praperadilan di PN Jaksel atas menyoal status tersangka yang disandangkan KPK padanya - sekira sebulanan pascapenetapan tersangka. Wal hasil, rakyat masih terus menunggu sambil 'ketakutan'.
Sorak sorai keramaian tagar #SaveKPK dan #SavePolri pun menghiasi dunia maya dan nyata. Sementara praperadilan BG berlangsung sepekan secara marathon, 9-13 Februari 2015. Putusanpun dibacakan pada Senin (16 Februari 2015) lalu. Kini seluruh pihak terkait bahkan (secara berlebihannya) seluruh rakyat Indonesia berdebar-debar menanti putusan itu. Bukan untuk sekadar seorang BG-nya saja, tetapi tentang hubungan KPK-Polri dan jelasnya kepemimpinan salah satu institusi penegak hukum di negeri ini. Hasilnya, hakim mengabulkan sebagian permohonan BG dan menolak seluruhnya permohonan KPK serta diketuklah palu pencabutan status tersangka BG. Ini seakan buah simalakama bagi Jokowi di tengah (kadung) gaduhnya khalayak publik dan politik.
How are you, Mr. President? Sekarang kami menunggu keputusan Anda yang begitu 'amat sangat' lama sekali. Kami tak butuh jawaban 'minggu depan' atau 'secepatnya' bahkan (jangan bilang) #BukanUrusanSaya. Nampaknya Anda masih saja dilema, yth. Ir. Joko Widodo (dua hari kemarin). Namun, alhamdulillaah akhirnya hari ini (Rabu, 18 Februari 2015) Bapak berdiri dengan (upaya susah payah bergestur) tegas di podium istana negara. Kami dengan dengarkan keputusan Bapak, yakni membatalkan pelantikan BG sebagai Kapolri dan menunjuk BH Sang Wakapolri sekaligus Plt Kapolri, Komjenpol Badrodin Haiti sebagai cakapolri baru (yang lagi-lagi) tunggal. Tinggal berkirim surat lagi ke DPR untuk diproses.
Tepuk tangan 'prok prok prok' kami apresiasi keputusan Bapake Jokowi. Hanya masalahnya, kalau mau menunjuk cakapolri baru mengapa tak sejak dulu saat BG jadi tersangka? Kan banyak tuh jenderal besar lainnya yang dikantongi Kompolnas? Sudah 'chaos' dan 'riweuh' begini barulah diputuskan. Yang paling di-PHP-in ya jelas BG dan para pendukung serta pihak berkepentingan di belakangnya (mungkin). Sementara itu, (seperti biasa) rakyat dibuat gantung dan tak pasti bin tak jelas, mungkin karena rakyat itu memang tak jelas menteri Bapak, Tedjo, bilang ya. Tapi yang jelas bahwa kami tidak tahu menahu kalau ada maksud lain yang telah Bapak & orang-orang Bapak siapkan. Entahlah, kami hanya rakyat jelata yang super-awam, tetapi berusaha ingin tahu.
Sekarang kami kira ini bukan berakhir, melainkan memasuki babak baru pencalonan kapolri baru kepada DPR yang sedang bermasa reses dan baru akan berakhir 22 Maret mendatang - kecuali atas ijin pimpinan DPR, bisa dilakukan rapat pembahasannya. Belum lagi uji kepatutan dan kelayakannya. Eh, yang paling penting juga, belum tentu DPR menerima pencabutan BG sebagai kapolri - yang sudah lolos dan bukan tersangka - dan meloloskan BH sebagai Kapolri definitifnya. Tentu ini akan makin 'seru', dan membuat Bapak makin 'lucu', tapi moga tak sampai berlarut-larut tak menentu.
"Sampai kapan Polisi Tanpa Kepala ini bergentayangan menghantui seluruh rakyat dari Merauke sampai Sabang?"
Yth. Bapak Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, ini saatnya Anda yang memilih, Anda yang menentukan. Seiring itu kami menaruh kepercayaan dan berdoa kepada Allah, Tuhan sekalian alam. Moga negeri ini terhindar dari bala niat kejahatan yang memantik kehancuran dan mendekat pada kondisi negeri yang adil dan penuh kebaikan serta diliputi atmosfer ampunan dan keberkahan. Aamiin.
Sekian. Mohon maaf atas sangat banyaknya kesalahan dari ketidaktahuan, ke-sok-tahu-an dari ke-simpang-siur-an kabar yang beredar dan berkembang, serta ungkapan kejujuran perasaan yang mungkin menyakitkan. Astaghfirullaah, kami memohon ampunan Allah Sang Maha Sebaik-baik pemberi keputusan.
| Catatan Perasaan untuk Pemimpin Negeri Kekinian, Kiki Rudiansyah.
Langganan:
Postingan (Atom)