visitors

Minggu, 22 September 2013

Pasangan Sejati

Tak sedikit yang mematok kesejatian pasangan dari...
melihat romantisnya Romeo dan Juliet yang terkadang sarat akan dramatisasinya,
peliknya lika-liku cinta Shinichi Kudo dan Ran Mouri yang sudah jelas fiktifnya,
dramatisnya kisah Jack dan Rose Dawson yang terapung di kapal pendulang awards 'Titanic',
hebatnya romantisme Habibie & Ainun yang menyita jutaan pasang mata di teater layar emas tanah air,
atau bisa jadi, kisah kuatnya chemistry kasih pasangan saintis Marie dan Pierre Curie yang menghiasi perbendaharaan biografi dunia ilmu kimia,
atau syahdunya kisah cinta pewayangan Rama dan Shinta.

Yang demikian itu tidak dilarang dan sah-sah saja.

Namun, sering kita lupakan setidaknya ada pasangan terdekat, terlihat jelas, dan bahkan selalu membersamai kita-lah yang nampaknya jarang dijadikan contoh kesejatian dalam berpasangan, yaitu IBU dan AYAH kita.
Apapun kisahnya, betapapun keadaannya, mungkin terlihat romantis dan harmonis hingga kini, salah satu atau keduanya telah berada di sisi-Nya, atau berpisah dll. karena suatu dan lain hal, tetapi kesejatian cinta kasihnya sangat terbukti adanya.
KITA-lah bukti kesejatiannya. Tak harus sama, karena kita harus mengusahakan yang lebih baik dan, yakinlah, merekapun pastinya ingin melihat kita lebih baik. Jadi, mari belajar dari keduanya yang nampaknya akan lebih lepas dan nyata.

Terlebih lagi, semoga pula keduanya (lebih dasar lagi) berpatokan pada pedoman sejati berpasangan yang sejatinya dan ideal kita panuti dalam berumah tangga (sekarang bagi yang sedang menjalani; nanti bagi yang akan menjalani), yaitu pasangan Rasulullaah Muhammad Saw. dan Siti Khadijah (mewakili kesejatian & idealnya hidup dengan istri beliau Saw. yang lainnya). Dan kemudian, kita mengikuti contoh keharmonisan yang bersumber dari-Nya. Jadi, tak sekadar sejati, tetapi juga syar'i.

Belajar menuju fase kehidupan selanjutnya, tentukan pedoman idealnya.

-Kido :)

Kamis, 19 September 2013

Ayah

Dalam tegas sikapmu, kauajarkan aku kelembutan, AYAH.
Dalam lelahmu, kauajarkan aku kekuatan, AYAH.
Dalam tiap buah tetes keringatmu, kauajarkan aku kesyukuran, AYAH.
Dalam kondisi tak mencerahkan, kauajarkan aku senyuman, AYAH.

Dalam tegur katamu, kauajarkan aku doa, AYAH.
Dalam diammu, kauajarkan aku kebijaksanaan, AYAH.
Dalam lunglai bahasa tubuhmu, kauajarkan aku ketak-putus-asaan, AYAH.
Dalam garis wajahmu yang penuh jejak perjuangan, kauajarkan aku keberanian, AYAH.
---
Cukup sampai di sanakah sosok seorang AYAH bagi anaknya ini? TIDAK.
Jangan pernah pertanyaan 'bodoh' itu muncul dan selalu menghinggapi diri ini ya Allah. Lebih dari yang anaknya lihat, dengar, dan rasakan, pengorbanan seorang ayah untuk anaknya ini adalah sebentuk kisah heroik penuh ketulusan, lebih dari kisah perjuangan para superhero yang cenderung fiktif. Dialah sosok nyata pahlawan sejati. Dialah AYAH-ku.

| Ku tak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa terima kasihku selain dengan beriringan bersamamu memuliakan dan membahagiakan ibu (dari anakmu ini) dengan keberanian dan ketulusan yang kautanamkan, serta dengan kesyukuran kepada Dia Sang Maha Pemilik Segalanya, Allah SWT.

-Kido :)

Kamis, 12 September 2013

Ibu

Saat tak ada yang mau menjadi teman kita. IBU kita selalu siap menjadi teman kita.
Saat tak ada yang mengapresiasi karya kita. IBU kita selalu memberi apresiasi terbaiknya pada kita.
Saat orang lain berkata buruk pada kita. IBU kita selalu berkata baik pada kita.

Saat tak ada orang yang mau mendengarkan cerita kita. IBU kita selalu siap mendengarkan apa yang kita ceritakan.
Saat kita merasa bodoh di antara teman kita. IBU kita selalu memandang anaknya sebagai anak cerdas karena keyakinannya terhadap doa.
Saat tak ada orang yang mau berbagi dengan kita. IBU kita selalu memberikan apapun yang beliau punya untuk kita.

Saat tak ada satupun yang membela kita. IBU kita selalu membela anaknya dengan kemuliaan caranya.
Saat kita merasa tak ada motivasi dalam diri kita. IBU kita selalu mengusahakan dirinya sebagai motivator terbaik bagi anaknya.
Saat kita merasa tak ada orang yang mendoakan kita. IBU kita selalu mendoakan yang terbaik bagi kita.

---

Andaikan subjek dari untaian kata-kata di atas ditukar, apakah akan berlaku sama? Akankah kita selalu ada untuk IBU kita?
Tak usah dijawab dengan segala ke-normatif-an atau seribu alasan yang kita punya. Cukup kita sama-sama renungkan dan wujudkan kesungguhan rasa cinta kita padanya. Jangan hanya mencintainya karena momen selebrasi Hari Ibu yang terbatas, tetapi kita jadikan setiap hari kita sebagai Hari Ibu selamanya.

| Terima kasih IBU, maafkan anakmu ini dan mintakan ampun kepada-Nya, kasihmu dan Maha Kasih-Nya tak terhingga sepanjang masa. Semoga engkau senantiasa dalam lindungan dan keridhoan Dia Sang Maha Pemilik Segala, Allah SWT. Aamiin.

-Kido :)


Filosofi Sendok

Oleh Kiki 'Kido' Rudiansyah

Bukan syarat primer sebagai alat makan, tetapi tak sedikit pula yang mengutamakan pemakaiannya. Berdampingan atau tidak dengan pasangannya, garpu atau lainnya, tak masalah dalam pemakaiannya. Hanya memakai sendok tak masalah, tetapi hanya memakai garpu saat makan, aneh. Apalagi menu santapannya sayur atau sup.

Saat tak dipakai untuk menghantarkan makanan ke mulut, pun tak jadi masalah, toh sendok tetap dipakai untuk mengambil makanan dari tempat sajinya ke piring kita. Jika tidak, umumnya, orang merasa jijik bekasnya.


Begitulah sendok, meski bukan yang diutamakan, tetapi perannya bagi dunia 'table manner' dan permakanan begitu terasa dan tak dapat dimungkiri. Siapapun dapat merasakan manfaat dan kegunaannya.
Itulah yang utama.