Sejak kumandang adzan shubuh tadi, hari ke-19 shaum (puasa) pun dipijak. Ya, bertepatan dengan 17 Juli 2014, hari ini. Menggali makna hari ini, pertanyaan dalam hati pun sesumbar, "Hari ini 19 Ramadhan 1435 H, esok 20, lusa 21, dan seterusnya. Lalu hanya menghitung hari kah sampaia Idul Fitri 1 Syawal nanti yang orang bilang Hari Kemenangan?"
Kosong, hanya kekosongan jika kita tak bisa memaknai betul arti 'kemenangan' tersebut. Terlebih kalau hanya sekadar mengikuti kabar 'kemenangan' dalam lingkup kecil semata dengan mengumbar pantangan di bulan suci ini. Pilpres misal lingkup kecilnya, yang paling dekat dengan hari kemenangannya, 22 Juli 2014 nanti. Siapa bilang tak boleh ber-euforia dengan pesta demokrasi kini? Silakan saja asal jangan mencoreng momen suci Ramadhan yang paling jelas rute menuju kemenangannya. Kemenangan hakiki, haqqul yakin, jika kita bisa (setidaknya mencoba) memahami, menjalani, dan memaknai arti sesungguhnya madrasah Ramadhan ini. Tak usah pula merasa sendiri, mari panjangkan silaturahmi.
Jauh lebih kecil lagi dari besarnya arti kemengan hakiki adalah momentum kemenangan Jerman di Piala Dunia 2014 Brazil yang sudah terlewat beberapa hari yang lalu. Terbilang kecil, menurut pribadi, karena efeknya memotivasi terhadap amalan di bulan suci ini belum bisa terukur, kecuali beberapa momen saja semacam 'hebatnya pemain yang tetap berpusas meski bertanding di lapangan', dll. Tentu senang dan larut dalam selebrasi kemenangannya boleh, tetapi sejenak saja. Mari kembali dan menyuasanakan diri pada rentang waktu dan ruang yang lebih jelas (menuju kemenangan yang sesungguhnya) lagi, Ramadhan.
Bagi diri pribadi, yang juga kemenangan kecil, tetapi sedang diperjuangkan dengan doa & energi yang besar sembari berharap dapat terciprati berkah Ramadhan ini adalah dapat ber-TOGA di SABUGA pada penghujung hijriyah nanti. Aamiin. Namun, sekali lagi itu bukan kemenangan sesungguhnya nanti. Masih banyak yang lebih bernilai tinggi lagi semisal membantu memerdekakan dan peduli saudara-saudara kita di Palestina dengan islami dan berbudi pekerti.
Nah, lalu apa kemenangan besar yang sesungguhnya nanti pasca-Ramadhan meninggalkan kita? Mari ukur masing-masing efeknya (dengan tolok ukur masing-masing) pada kehidupan sebelas (11) bulan mendatang setelahnya hingga bertemu kembali di Ramadhan selanjutnya, insyaAllah. Kita ikhtiarkan sebaik mungkin, dengan cara yang baik, teladan yang baik, dan tujuan yang baik pula. Lalu, nantinya, apakah merasa lebih baik? Jika ia beruntunglah, begitu sabda Nabi Saw.. Setidaknya keberuntungan itu adalah wujud kemenangan. Selebihnya, serahkan kepada Allah Yang Maha Menilai dan memberi titel kemenangan pada makhluk-Nya. Titel tertinggi, wujud kemenangan sejati, kemenangan hakiki, TAQWA. Itu saja.
| Renungan Kala Gemericik Air Langit Membasahi Beton Panas Bukan Negeri Sendiri
- Kido :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Write your green words, please :D